Sabtu, 21 Juli 2012

Kiat Memilih Minyak Goreng

Umumnya anak balita suka sekali makanan gorengan seperti tempe goreng, kentang goreng, nasi goreng, dan kerupuk karena rasanya yang gurih. Hanya saja, sebagai orang tua kita sering dibingungkan dengan berbagai promosi produk minyak goreng yang masing-masing menyatakan dirinya istimewa. Misalnya, karena mengandung omega 3 dan omega 9, diproses dengan dua kali penyaringan, mengandung berbagai vitamin, dan sebagainya. Nah, betulkah berbagai pengakuan itu perlu menjadi pertimbangan sewaktu kita memilih produk minyak goreng?
“Sesuai fungsi dan perannya sebagai penghantar panas untuk mematangkan makanan, sebenarnya tak ada perbedaan signifikan pada berbagai merek minyak goreng di pasaran,” ungkap Prof. Dr. Ir. Tien R. Muchtadi, MS, guru besar Jurusan Teknologi Pengolahan Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, yang pernah meneliti minyak kelapa sawit.
Deputi Bidang Pengembangan Sistem Iptek Nasional, Kementerian Riset dan Teknologi ini kemudian mengingatkan, orang tua hendaknya mampu menyikapi iklan-iklan minyak goreng dengan bijak, jangan sampai termakan oleh mereka. Inilah penjelasannya mengenai aneka “keunggulan” yang ditawarkan berbagai produk minyak goreng.
* Mengandung Omega 3 & Omega 9
Yang pasti tak ada minyak goreng yang secara alami mengandung omega 3, karena omega 3 berasal dari sumber hewani. Kalaupun senyawa ini ditambahkan pada proses pembuatan minyak goreng, manfaatnya bagi tubuh hampir dikatakan tidak ada, karena setiap hari hanya sedikit minyak goreng yang dikonsumsi. Kecuali minyak goreng itu diminum, yang tentu saja tidak dianjurkan. Sementara minyak goreng yang beredar umumnya berasal dari nabati, bisa dari bunga matahari, kacang kedelai, kacang tanah, kelapa atau kelapa sawit. Yang paling sering digunakan yaitu dari bahan dasar kelapa sawit.
Pada proses pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit akan didapat dua fase yang berbeda, yaitu fase padat dan fase cair. Yang padat disebut stearin dengan nama asam lemak yaitu stearat. Bahan padat ini biasanya dipakai untuk campuran membuat margarin dan minyak-minyak padat. Minyak goreng yang mengandung bahan padat umumnya akan membeku pada suhu ruang, dan orang mengatakan minyak gorengnya “tidur”. Padahal itu tak apa-apa, hanya membeku. Toh jika dipanaskan akan mencair lagi.
Sementara, bagian dari minyak yang berbentuk cair disebut olein dan nama asam lemak yaitu asam oleat. Nah, nama lain dari asam oleat itu adalah omega 9. Jadi, menurut Tien, kalau dikatakan minyak goreng mengandung omega 9, itu memang benar. Bahkan istilah sebetulnya bukan mengandung, tapi memang olein itu sendiri adalah omega 9.
* Penyaringan dua kali
Menurut Tien, penyaringan dua kali merupakan sebutan untuk menjelaskan pemisahan minyak fase padat dari fase cair tadi. Jadi agar stearinnya tidak terbawa, dilakukanlah double fractination atau penyaringan dua kali. Jika hanya dilakukan satu kali penyaringan, terkadang minyak tersebut masih bisa membeku. Sementara dengan dua kali penyaringan, hal itu tidak akan terjadi, meski disimpan di lemari es sekalipun.
“Tapi sebetulnya kalau dipikir untuk apa sampai disaring dua kali? Toh, sebelum digunakan, minyak ini akan dipanaskan dan akhirnya mencair juga. Malah dengan diproses dua kali, biaya produksinya pun jadi berlipat, sehingga harganya pun jadi lebih mahal,” cetus Tien.
Jadi, tidak disaring dua kali pun tidak masalah. Malah, di Eropa sudah ada minyak-minyak krispi yang bentuknya padat seperti mentega. Kalau hendak digunakan tinggal dipotong dan dicairkan di atas penggorengan.
* Nonkolesterol
Jika dibuat dari bahan dasar tanaman seperti sawit, kelapa, kacang tanah, kacang kedelai, atau biji bunga matahari, maka minyak goreng memang tidak mengandung kolesterol. Kecuali, kalau minyak gorengnya dibuat dari bahan hewani, misalnya lemak kambing atau lemak sapi yang dikenal dengan sebutan minyak samin.
“Kalau dikatakan minyak bisa membuat orang jadi gemuk, sebetulnya bukan minyak yang jadi penyebabnya, tapi makanan yang dimakannya. Asal tahu saja, minyak yang terkonsumsi dalam makanan hanya sedikit sekali jumlahnya,” ungkap Tien.
* Mengandung vitamin
Menurut Tien, kalau ada produsen minyak goreng mengaku produknya mengandung vitamin, hal itu memang benar, yaitu vitamin A, D, dan E. Namun, karena fungsi minyak goreng adalah sebagai penghantar panas, maka vitamin-vitamin yang ada pada minyak itu akan hilang/rusak dalam proses penggorengan.
Memang, bisa saja dalam proses pembuatannya, pada minyak itu ditambahkan berbagai vitamin, tapi buat apa? Sebab saat dipakai untuk menggoreng vitamin-vitamin itu akan hilang/rusak juga.
ENERGINYA TINGGI
“Sebetulnya, yang dapat diambil oleh tubuh dari konsumsi minyak goreng ini adalah energinya yang tinggi,” simpul Tien. Jadi, buat anak sebetulnya minyak goreng merupakan salah satu sumber energi dan boleh dikonsumsi setiap hari asalkan padanya memang tidak terdapat alergi. Bagi anak-anak tertentu yang mungkin sensitif, minyak goreng pada makanan bisa menjadi pemicu batuk, selain makanannya yang sudah menjadi kering. Berbeda dengan makanan yang direbus atau dikukus. Apalagi bila tenggorokan anak sedang bermasalah, maka akan lebih mudah terpicunya. Namun, itu merupakan hal khusus. Untuk anak normal tak ada masalah.
Menggoreng dengan menggunakan mentega atau margarin, menurut Tien, boleh saja. Tidak perlu takut dan khawatir anak akan menjadi gemuk, asalkan porsi makannya sesuai ukuran usia atau tidak berlebihan. Di masa pertumbuhan, anak sangat membutuhkan lemak untuk perkembangan sel-sel otaknya. Bila menggunakan mentega untuk menggoreng, maka lemak yang terkandung di situ akan terkonsumsi pula olehnya.
Namun, perlu diingat, anak harus diajarkan pula untuk menetralisir konsumsi gorengan dengan makan buah dan sayur agar bila sudah besar nanti pola makannya bisa tetap terkendali. Caranya, bila anak suka makan gorengan, berikan pula kepadanya apel atau sayur bayam.
BEDA MENTEGA, MARGARIN, DAN MINYAK PADAT
Menurut Tien, sebelum minyak-minyak nabati diproduksi secara besar-besaran, orang lebih dulu mengenal mentega yang dibuat dari lemak susu hewan seperti sapi dan kambing yang diproses secara emulsi. Asal tahu saja, susu mengandung air dan lemak yang setelah diolah sedemikian rupa akan menjadi solid dan plastis, sehingga bisa dioleskan ke lembaran roti misalnya.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, mulailah dikembangkan produksi minyak dari sumber nabati, seperti kelapa dan sawit. Ternyata dari bahan nabati ini bisa juga bisa dibuat produk seperti mentega yang kemudian disebut margarin. Prosesnya meliputi dua fase berbeda yang mencampurkan minyak dan air, ditambah emulsifier, sehingga terbentuklah massa yang plastis.
Baik mentega maupun margarin, menurut Tien, kandungan lemaknya sama saja, hanya jenis lemaknya yang berbeda. Lemak nabati tidak mengandung kolesterol, sementara yang dari hewan mungkin saja mengandung kolesterol.
Baik mentega maupun margarin memiliki sifat yang berbeda dari minyak padat. Minyak ini tidak dibentuk dengan proses emulsi, tapi dari stearin atau bisa juga dengan cara tertentu yang istilahnya hidroginasi. Bentuknya memang padat atau dipadatkan tapi tidak elastis. Coba saja oleskan minyak padat ini ke roti, hasilnya tak akan rata. Jadi formulasinya memang berbeda.
TIPS PENGGUNAAN MINYAK GORENG
1. Pilihlah minyak goreng yang warnanya jernih, baik putih atau yang agak kekuningan. Minyak goreng yang rusak akan tampak berwarna hitam dan berbau, maka jangan digunakan.
2. Panaskan minyak sampai tampak beruap dan baru masukkan bahan makanan yang hendak digoreng.
3. Penggunaan minyak goreng bisa diulang, tapi jangan lebih dari 4 kali atau jika warnanya sudah berubah hitam akibat sisa gorengan makanan. Minyak bekas yang terakumulasi dalam tubuh akan menjadi bahan yang memicu munculnya sel kanker (karsinogen).
4. Bila pada minyak goreng sudah tercium bau tengik meski baru dua kali dipakai, maka minyak tersebut berarti sudah rusak dan jangan digunakan lagi.
5. Bila ingin menghemat penggunaan minyak, sesuaikan banyaknya minyak yang dituang ke penggorengan dengan bahan makanan yang akan digoreng.
6. Gorenglah bahan makanan dengan rasa yang sama terlebih dulu. Misalnya, sehabis menggoreng tempe, goreng dulu kerupuk, baru ikan. Juga, jangan menggoreng ikan yang rasanya asin atau amis lebih dulu, baru kemudian menggoreng pisang goreng yang rasanya manis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar